Pembimbing : Lely Indriati
Abstrak
Pekerja yang memasuki usia pensiun maupun sudah tidak dapat bekerja lagi, tidak mendapatkan penghasilan atau imbalan apapun. Namun jika pemberi kerja atau perusahaan menjanjikan suatu penghasilan yang diterima saat pekerja tidak lagi bekerja maka disebut imbalan pasca kerja. Besaran imbalan pasca kerja ini diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Imbalan pasca kerja yang akan didapatkan pekerja di masa yang akan datang tersebut harus dicadangkan oleh pemberi kerja di masa sekarang. Pencadangan dilakukan demi terpenuhinya imbalan yang akan dibayarkan. PSAK 24 (revisi 2004) mengatur mengenai pengukuran, pengakuan, dan pengungkapan pencadangan imbalan pasca kerja. Dalam menilai berapa dana yang harus dicadangkan, perusahaan menggunakan jasa seorang aktuaris dalam menghitung pencadangannya dengan menggunakan asumsi keuangan yaitu tingkat bunga dan tingkat kenikan gaji serta asumsi demografis. Tingkat bunga dan tingkat kenaikan gaji ditetapkan dalam menghitung besarnya kewajiban imbalan pasca kerja yang diakui oleh perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa pengaruh tingkat bunga dan tingkat kenaikan gaji terhadap pencadangan imbalan pasca kerja. Dalam penelitian ini ditetapkan sampel berjumlah 20 perusahaan. Dari uji hipotesis didapat nilai F hitung yaitu 66,248 lebih besar dari nilai F tabel yaitu 3,26 sehingga disimpulkan bahwa tingkat bunga dan tingkat kenaikan gaji berpengaruh signifikan terhadap cadangan imbalan pasca kerja. Ruang lingkup penelitian ini masih sempit dikarenakan variabel yang diteliti masih dapat diperluas dan data dikumpulkan secara sekunder. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah variabel lainnya serta dilakukan pengambilan data secara primer.

Kata Kunci : tingkat bunga, tingkat kenaikan gaji, cadangan imbalan pasca kerja